May 29, 2014
Do'a ampuh-mustajab
Rahasia Kekuatan Doa
Setiap hari
tentu kita tak lepas dari aktivitas yang disebut do’a, entah do’a untuk diri
sendiri, untuk keluarga maupun do’a untuk orang lain. Setiap harapan yang
terbersit dalam hati kita juga bisa dikatakan sebagai sebuah do’a.
Kami tidak
akan membahas mengenai etika berdoa, karena dalam setiap agama tentunya sudah
diajarkan mengenai tata cara dan etika berdoa, kami yakin para pembaca sudah
lebih memahaminya. Tujuan kami menulis jauh dari maksud menggurui,
semata hanya ingin berbagi pengalaman. Dengan kata lain, apa yang kami
sampaikan juga pernah kami lakukan dan rasakan. Tujuan kami menulis adalah
untuk berbagi kepada sesama, barangkali dapat memberi sedikit manfaat untuk
para pembaca yang budiman. Dengan menggunakan akal budi dan hati nurani
(nur/cahaya dalam hati) yang penuh keterbatasan kami berusaha mencermati,
mengevaluasi dan kemudian menarik benang merah, berupa nilai-nilai
(hikmah) dari setiap kejadian dan pengalaman dalam doa-doa kami.
Berkaitan
dengan Waktu dan tempat yang dianggap mustajab untuk berdoa, kiranya setiap
orang memiliki kepercayaan dan keyakinan yang berbeda-beda. Kedua faktor itu
berpengaruh pula terhadap kemantapan hati dan tekad dalam mengajukan
permemohonan kepada Tuhan YME. Namun bagi saya pribadi semua tempat dan waktu
adalah baik untuk melakukan doa. Pun banyak juga orang meyakini bahw doanya
akan dikabulkan Tuhan, walaupun doanya bersifat verbal atau sebatas ucapan
lisan saja. Hal ini sebagai konsekuensi, bahwa dalam berdoa hendaknya kita selalu
berfikir positif (prasangka baik) pada Tuhan. Kami tetap menghargai pendapat
demikian.
SULITNYA MENILAI KESUKSESAN DOA
Banyak orang
merasa doanya tidak/belum terkabulkan. Tetapi banyak pula yang merasa bahwa
Tuhan telah mengabulkan doa-doa tetapi dalam kadar yang masih minim, masih jauh
dari target yang diharapkan. Itu hanya kata perasaan, belum tentu akurat
melihat kenyataan sesunggunya. Memang sulit sekali mengukur prosentase antara
doa yang dikabulkan dengan yang tidak dikabulkan. Hal itu disebabkan oleh
beberapa faktor berikut ;
- Kita sering tidak mencermati, bahkan lupa, bahwa anugrah yang kita rasakan hari ini, minggu ini, bulan ini, adalah merupakan “jawaban” Tuhan atas doa yang kita panjatkan sepuluh atau dua puluh Tahun yang lalu. Apabila sempat terlintas fikiran atau kesadaran seperti itu, pun kita masih meragukan kebenarannya. Karena keragu-raguan yang ada di hati kita, akan memunculah asumsi bahwa hanya sedikit doa ku yang dikabulkan Tuhan.
- Doa yang kita pinta pada Tuhan Yang Mahatunggal tentu menurut ukuran kita adalah baik dan ideal, akan tetapi apa yang baik dan ideal menurut kita, belum tentu baik dalam perspektif Tuhan. Tanpa kita sadari bisa saja Tuhan mengganti permohonan dan harapan kita dalam bentuk yang lainnya, tentu saja yang paling baik untuk kita. Tuhan Sang Pengelola Waktu, mungkin akan mengabulkan doa kita pada waktu yang tepat pula. Ketidaktahuan dan ketidaksadaran kita akan bahasa dan kehendak Tuhan (rumus/kodrat alam), membuat kita menyimpulkan bahwa doa ku tidak dikabulkan Tuhan.
- Prinsip kebaikan meliputi dua sifat atau dimensi, universal dan spesifik. Kebaikan universal, akan berlaku untuk semua orang atau makhluk. Kebaikan misalnya keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, dan ketentraman hidup. Sebaliknya, kebaikan yang bersifat spesifik artinya, baik bagi orang lain, belum tentu baik untuk diri kita sendiri. Atau, baik untuk diri kita belum tentu baik untuk orang lain. Kebaikan spesifik meliputi pula dimensi waktu, misalnya tidak baik untuk saat ini, tetapi baik untuk masa yang akan datang. Memang sulit sekali untuk memastikan semua itu. Tetapi paling tidak dalam berdoa, kemungkinan-kemungkinan yang bersifat positif tersebut perlu kita sadari dan terapkan dalam benak. Kita butuh kearifan sikap, kecermatan batin, kesabaran, dan ketabahan dalam berdoa. Jika tidak kita sadari kemungkinan-kemungkinan itu, pada gilirannya akan memunculkan karakter buruk dalam berdoa, yakni; sok tahu. Misalnya berdoa mohon berjodoh dengan si A, mohon diberi rejeki banyak, berdoa supaya rumah yang ditaksirnya dapat jatuh ke tangannya. Jujur saja, kita belum tentu benar dalam memilih doa dan berharap-harap akan sesuatu. Kebaikan spesifik yang kita harapkan belum tentu menjadi berkah buat kita. Maka kehendak Tuhan untuk melindungi dan menyelamatkan kita, justru dengan cara tidak mengabulkan doa kita. Akan tetapi, kita sering tidak mengerti bahasa Tuhan, lantas berburuk sangka, dan tergesa menyimpulkan bahwa doaku tidak dikabulkan Tuhan.
Tidak
gampang memahami apa “kehendak” Tuhan. Diperlukan kearifan sikap dan ketajaman
batin untuk memahaminya. Jangan pesimis dulu, sebab siapapun yang mau mengasah
ketajaman batin, ia akan memahami apa dan bagaimana “bahasa” Tuhan. Dalam
khasanah spiritual Jawa disebut “bisa
nggayuh kawicaksanane Gusti”.
HAKEKAT DIBALIK KEKUATAN DOA
Label:
f,
gratis,
ILMU,
trik praktis
|
0
komentar
May 11, 2014
Tidak ada yang keliru dalam hal berbagi
TAK ADA YANG SALAH DALAM HAL BERBAGI
Sebuah cerita sebagai bahan renungan bagi
kita semua bahwa apapun yang kita bagikan pada orang lain dengan tujuan yg baik
insya Alloh hasilnya juga akan baik.
------à
Alkisah……Ada seorang mengumpulkan hartanya
yang banyak untuk bersedekah sembunyi-sembunyi. Ia kumpulkan uang sampai
berjumlah sekian ribu dinar dalam setahun. Sesudah uang nya terkumpul, ia pergi
keluar rumah pada malam hari. Dilihatnya ada seorang wanita tidur dijalanan.
"Wah, ini orang susah," begitu kira-kira ia berpikir. Dan, sambil
menutup wajahnya, agar tidak diketahui, ia memberikan bungkusan uang itu dan
lari, supaya tidak diketahui.
pada Pagi harinya di kampung itu ribut ,
ada seoranng pelacur mendapatkan bungkusan uang yang diberikan oleh orang tak
dikenal.
Maka orang itupun berguman,
"Subhanallah!! Salah beri, aku kira dia wanita susah, ternyata
pelacur."
"Ya Rabb, setahun kukumpulkan uang
untuk dapat pahala sedekah yang sembunyi-sembunyi, ternyata uangku hanya untuk
pelacur.
Tapi ia tidak putus asa, Dikumpulkannya
lagi sekian ribu dinar.
Kali ini ia tidak mau tertipu. Pada suatu malam, kembali ia beraksi. Dilihatnya seorang
laki-laki yang sedang duduk diam disuatu tempat yang gelap. "Ini pasti
orang yang susah," gumannya. Dilemparkannya bungkusan uang sedekah itu,
lalu ia bergegas lari.
Pada pagi harinya terdengan kabar gempar.
Si laki-lakiyang dikenal sebagi pencuri mendapatkan sebungkus uang. Malam itu
ia tengah menyusun strategi sendirian untuk mencuri. Nyatanya , belum sempat
melakukan aksinya, malah ia mendapatkan uang dengan jumlah yang amat besar.
"Ya Rabb, dua tahun aku bekerja khusus
untuk memberi nafkah orang yang susah dengan sembunyi-sembunyi. tahun lalu yang
dapat seorang pelacur. Eh, tahun ini seorang pencuri.
Namun ia tetap tak putus asa. Ia kumpulkan
lagi uang sedekah sampai setahun berikutnya. "Ya Rabb, ini yang terakhir.
Kalau sedekah ini masih saja tidak tertuju kepada mustahiq. selesailah, Ya
Rabb. Aku tidak mampu lagi."
Pada waktu yang telah dipersiapkannya,
kembali ia melaksanakan niat baiknya untuk ketiga kalinya. Malam itu ia melihat
seorang orang tua tengah tertatih-tatih.
"Wah, ini orang yang pasti berhak atas sedekahku, malam malam begini orang tua ini jalan malam-malam dengan tongkat. Pasti dia orang susah," katanya dalam hati.
Dilemparkan uang itu, seraya berkata"ini untukmu" Dan ia pun pergi dengan cepat sambil menutupi wajahnya.
"Wah, ini orang yang pasti berhak atas sedekahku, malam malam begini orang tua ini jalan malam-malam dengan tongkat. Pasti dia orang susah," katanya dalam hati.
Dilemparkan uang itu, seraya berkata"ini untukmu" Dan ia pun pergi dengan cepat sambil menutupi wajahnya.
Pagi harinya terjadi kegemparan lagi,
seperti tahun-tahun sebelumnya. orang tua renta yang dikenal paling kaya dan
paling kikir dikampung itu mendapat uang"kaget" semalam.
Mendengar kabar itu, si pelaku sedekah
sembunyi-sembunyi ini berkata "Ya Rabb, yang pertama pelacur, yang kedua
pencuri dan yang ketiga orang tua paling kaya dan paling kikir di kampungnya.
Ya Rabb, apa arti perbuatanku ini?
Ia pun memilih diam, seraya mengiklhaskan
apa yang telah dilakukannya.
Waktu berjalan, hingga sekian tahun
kemudian. 20 tahun kemudian. Allah SWT membuka rahasia perbuatan orang
tersebut, dengan tersampaikannya kabar kepadanya tentang dua orang bersaudara
yang menjadi ulama besar. Murid keduanya mencapai puluhan ribu orang, dan si
pelaku sedekah puluhan tahun yang lalu termasuk orang yang mengaji dengan ke
dua ulama adik kakak itu. Ternyata, dua ulama bersaudara itu adalah anak
seorang pelacur yang dulu diberi sedekah secara sembunyi-sembunyi itu.
Si perempuan ini melacur untuk menafkahi
anaknya. Ketika mendapatkan sedekah kagetan itu, ia bertaubat dan menjadikan
harta dadakan itu untuk menyekolahkan kedua anaknya hingga menjadi alim dan
menjadi ulama besar.
Air mata si pelaku sedekah pun mengalir. Ternyata yang diberikannya puluhan tahun yang lalu. Allah jadikan balasan yang berlipat ganda dengan lahirnya dua ulama shalih bersaudara yang diikuti oleh puluhan ribu orang yang belajar kepada keduanya. Inilah balsan keiklahsan seseorang.
Air mata si pelaku sedekah pun mengalir. Ternyata yang diberikannya puluhan tahun yang lalu. Allah jadikan balasan yang berlipat ganda dengan lahirnya dua ulama shalih bersaudara yang diikuti oleh puluhan ribu orang yang belajar kepada keduanya. Inilah balsan keiklahsan seseorang.
Tidak lama kemudian ia dengar lagi ada
seorang wali shalih wafat, yang diantar jenazahnya oleh ribuan orang. Siapa
wali yang shalih itu? Ternyata waliyullah itu dulunya adalah pencuri yang
mendapatkan sedekah sembunyi-sembunyinya.
Ketika hendak mencuri ia berdoa kepada Allah " Ya Rabb, beri aku keluhuran. kalau aku dapat rizqi malam ini aku akan taubat." Tatkala ada yang melemparinya bungkusan uang itu, segeralah ia bertaubat sesuai dengan janjinya. Ia memperbaiki diri dari segala kesalahan yang diperbuatnya, beribadah dengan se tekun-tekunnya, beristiqamah dengan ucapan dan tindakannya, hingga Allah Ta’ala mengangkatnya menjadi orang yang shalih.
Ketika hendak mencuri ia berdoa kepada Allah " Ya Rabb, beri aku keluhuran. kalau aku dapat rizqi malam ini aku akan taubat." Tatkala ada yang melemparinya bungkusan uang itu, segeralah ia bertaubat sesuai dengan janjinya. Ia memperbaiki diri dari segala kesalahan yang diperbuatnya, beribadah dengan se tekun-tekunnya, beristiqamah dengan ucapan dan tindakannya, hingga Allah Ta’ala mengangkatnya menjadi orang yang shalih.
Si Fulan yang bersedekah itu amat terharu,
dan ia berdoa. “Ya Rabb, tinggal yang ketiga, bagaimana dengan orang tua yang
paling kaya dan paling kikir dikampung kami ini ?”
Ternyata ia mendengar kabar, orang itu
telah wafat. Semenjak kejadian sedekah kaget itu dan sebelum wafatnya, si kikir
tua itu pindah ke kampung lain dan berwasiat untuk memberikan seluruh hartanya
bagi baitul maal dan penyantunan para anak yatim. Itu dilakukan oleh si orang
tua yang kikir setelah ia merasa malu dan merenung bahwa, kepada dia yang kaya
dan kikir, masih ada yang menyedekahinya. Subhanallah.
Betapa dahsyatnya arti dari sedekah. Betapa
hebatnya amal berbagi, Allah menjadikannya mata rantai keberkahan.
Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. [QS. An-Nahl : 97]
Label:
bukti,
f,
gratis,
Sastra
|
0
komentar
Subscribe to:
Posts (Atom)