October 19, 2012
Pati Geni
Niat ingsun patigeni Asirep rapet maring geni lan sinar Aku bali
maring pepeteng Kadyo purwaning dumadi mring alam luwung Sajroning guwo
garbaning sang ibu Sedulur papat limo pancer Tumekaning sang jabang
bayine kakang kawah adi ari-ari, kiblat papat limo pancer Nyawiji mring
ngarsane Gusti Niatku patigeni Rapal di atas adalah rapal untuk memulai laku
patigeni.
Patigeni adalah laku untuk mendapatkan petunjuk dan hidayah
dari Allah SWT sebagaimana yang dijalani oleh para leluhur di tanah
Jawa, dan dijalani langsung oleh Sunan Kalijaga. Kenapa harus patigeni?
Dalam hidup kita, terkadang kita merenungkan apakah perjalanan hidup
yang kita jalani ini sudah sesuai dengan karep/kehendak-Nya. Atau
justeru sebaliknya, kita merasa bahwa selama ini kita menjalani hidup
atas dasar kehendak kita sendiri. Kita seperti terlempar ke dunia tanpa
pegangan hidup yang pasti. Agama yang telah kita anut semenjak kecil pun
terasa hampa karena hanya dipahami dari segi syariat, aturan, hukum
yang terasa kehilangan “jiwa” atau “ruh” agama.
Agama (dalam pemahaman
kita yang sempit) kadang juga kita rasakan tidak mampu menyediakan
jawaban-jawaban bagi masalah hidup sehari-hari yang semakin kompleks.
Mental kita sudah tidak bersih lagi. Jalur ruhani kita sudah tidak
terhubung dengan jalur ruhani alam semesta. Hidup kita terasa mengambang
dan sesak oleh nafsu dan angkara murka. Untuk mengembalikan jati diri
kita sebagai makhluk yang religius, selaras dan serasi dengan dunia
batin dan dunia lahir, atau alam semesta metafisik dan fisik sehingga
nanti kita mendapatkan anugerah dari Tuhan berupa rasa dekat, rasa
tenang, tenteram, sumeleh dan sumarah, polos, jujur, apa adanya serta
bebas dari belenggu problem yang menghimpit maka para leluhur
menyarankan agar kita melakoni PATIGENI. Yaitu laku/amalan tidak
menggunakan “geni” atau api selama tiga hari.
Laku PATIGENI memiliki
falsafah yang sangat mendalam. Yaitu mematikan unsur API di dalam tubuh
metafisik/psikis/badan astral dan fisik kita. Unsur API adalah unsur
Iblis yang membawa manusia pada nafsu-nafsu negatif seperti AMARAH,
BENCI, IRI, DENGKI, INGIN MEMILIKI DAN MENGUASAI, MENGALAHKAN,
MENAKLUKKAN, bahkan MEMBUNUH. Unsur API yang tidak bisa dikendalikan
oleh manusia akan mengakibatkan dia masuk ke dalam NAAR (NERAKA).
Laku
patigeni lebih terasa khusyuk dan meditatif kalau kita lakukan di
tempat-tempat yang sunyi dan sepi. Misalnya di dalam gua yang
benar-benar gelap tidak ada cahaya yang masuk. Atau di dalam kamar yang
sangat gelap hingga tidak ada cahaya yang menerobos ke dalamnya.
Sebelum
melakukan patigeni, kita diminta untuk mandi hingga bersih dan memakai
pakaian yang bersih. Akan lebih baik bila kita mandi dengan air kembang
setaman dan ditambah dengan wewangian yang semerbak. Niat juga ditata
untuk melakukan pembersihan diri. Selanjutnya, mulai untuk memasuki
kamar atau gua yang telah dipilih sebelumnya. Seluruh lampu/cahaya yang
masih ada dimatikan. Kita berada di dalam gelap seperti di alam suwung
dan tidak melakukan aktivitas apapun selama tiga hari tiga malam. Tidak
makan dan tidak minum.
Posisi badan duduk semedi, kalau capek bisa
bersandar atau dalam posisi berbaring. Selanjutnya bacalah rapal yang
ada di awal kalimat tadi….. Fokus pikiran hanya tertuju pada Tuhan Yang
Maha Esa. Mengamati jalan masuk dan keluarnya nafas. Saat menarik nafas
katakan Hu dalam hati.. saat mengeluarkan nafas mengatakan Allah. Tiga
hari tiga malam, misalnya dimulai pada jam 00.00 WIB dan tiga hari
kemudian tepat pukul 00.00 WIB laku itu dihentikan. Selama itu, kita
hanya manembah kepada Gusti Allah. Tidak berkomunikasi dengan siapapun
kecuali dengan DIRI SEJATI yang terletak di dalam lapisan diri yang
paling dalam. Di sanalah nanti kita nanti akan merasakan PANCARAN DIRI
TUHAN KE DALAM DIRI MANUSIA. Apabila dilakukan dengan ikhlas, pasrah dan
sumeleh tidak mengharapkan atau mentargetkan apa-apa, maka kita akan
benar-benar merasakan seluruh diri kita adalah bagian dari eksistensi
Gusti Allah. Petunjuk-Nya yang jelas akan kita dapatkan sehingga kita
mampu selalu BERKOMUNIKASI dengan-Nya dimanapun kita berada. Inilah
MODAL TERBESAR hidup manusia, yaitu YAKIN YANG SEYAKIN YAKINNYA BAHWA
DIRI KITA SELALU MENDAPATKAN PEMBELAJARAN DARI GURU SEJATI (TUHAN)
SECARA LANGSUNG.
Label:
ILMU
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment