October 27, 2012
Tenaga Dalam
Ketika mendengar
kata tenaga dalam yang terlintas dalam benak sebagian besar orang adalah bisa melontarkan
orang dari jarak jauh tanpa menyentuhnya. Karena memang dalam masyarakat kita
yang dibicarakan tentang tenaga dalam ya seperti itu, membuat lawan terpenal
tanpa bersentuhan. Dala perguruan silat tenaga dalam pun yang pasti di ajarkan
memang seperti itu. Bisa dibilang kalo mementalkan orang tanpa menyentuh itu
merupakan hal yang wajib dipelajari dalam perguruan tenaga dalam, akan tetapi
benarkah hal tersebut sudah menjadi kurikulum atau agenda wajib dalam latihan? Belum
ada yang bisa menjawabnya dengan pasti
Oleh sebagian
orang kemampuan mementalkan seperti itu merupakan sebuah keahlian yang
membanggakan, tetapi oleh sebagian yang lain menganggap itu hanyalah sebuah
kebohongan dan penipuan. Dianggap kemampuan tersebut hanya berlaku pada orang
yang satu kelompok/satu perguruan saja dan tidak berfungsi kepada orang lain
yang berasal dari kelompok/aliran/perguruan yang lain.
Terlepas dari
kedua pendapat tersebut menurut penulis yang namanya tenaga dalam itu akan
berlaku dimanapun dan kapan pun waktunya. Tak mengenal adat istiadat maupun
budaya juga, karena tenaga dalam adalah tenaga yang tersimpan di dalam tubuh
manusia semenjak dilahirkan di dunia ini.
Label:
f,
ILMU
|
0
komentar
October 19, 2012
Pati Geni
Niat ingsun patigeni Asirep rapet maring geni lan sinar Aku bali
maring pepeteng Kadyo purwaning dumadi mring alam luwung Sajroning guwo
garbaning sang ibu Sedulur papat limo pancer Tumekaning sang jabang
bayine kakang kawah adi ari-ari, kiblat papat limo pancer Nyawiji mring
ngarsane Gusti Niatku patigeni Rapal di atas adalah rapal untuk memulai laku
patigeni.
Patigeni adalah laku untuk mendapatkan petunjuk dan hidayah
dari Allah SWT sebagaimana yang dijalani oleh para leluhur di tanah
Jawa, dan dijalani langsung oleh Sunan Kalijaga. Kenapa harus patigeni?
Dalam hidup kita, terkadang kita merenungkan apakah perjalanan hidup
yang kita jalani ini sudah sesuai dengan karep/kehendak-Nya. Atau
justeru sebaliknya, kita merasa bahwa selama ini kita menjalani hidup
atas dasar kehendak kita sendiri. Kita seperti terlempar ke dunia tanpa
pegangan hidup yang pasti. Agama yang telah kita anut semenjak kecil pun
terasa hampa karena hanya dipahami dari segi syariat, aturan, hukum
yang terasa kehilangan “jiwa” atau “ruh” agama.
Agama (dalam pemahaman
kita yang sempit) kadang juga kita rasakan tidak mampu menyediakan
jawaban-jawaban bagi masalah hidup sehari-hari yang semakin kompleks.
Mental kita sudah tidak bersih lagi. Jalur ruhani kita sudah tidak
terhubung dengan jalur ruhani alam semesta. Hidup kita terasa mengambang
dan sesak oleh nafsu dan angkara murka. Untuk mengembalikan jati diri
kita sebagai makhluk yang religius, selaras dan serasi dengan dunia
batin dan dunia lahir, atau alam semesta metafisik dan fisik sehingga
nanti kita mendapatkan anugerah dari Tuhan berupa rasa dekat, rasa
tenang, tenteram, sumeleh dan sumarah, polos, jujur, apa adanya serta
bebas dari belenggu problem yang menghimpit maka para leluhur
menyarankan agar kita melakoni PATIGENI. Yaitu laku/amalan tidak
menggunakan “geni” atau api selama tiga hari.
Laku PATIGENI memiliki
falsafah yang sangat mendalam. Yaitu mematikan unsur API di dalam tubuh
metafisik/psikis/badan astral dan fisik kita. Unsur API adalah unsur
Iblis yang membawa manusia pada nafsu-nafsu negatif seperti AMARAH,
BENCI, IRI, DENGKI, INGIN MEMILIKI DAN MENGUASAI, MENGALAHKAN,
MENAKLUKKAN, bahkan MEMBUNUH. Unsur API yang tidak bisa dikendalikan
oleh manusia akan mengakibatkan dia masuk ke dalam NAAR (NERAKA).
Label:
ILMU
|
0
komentar
Anak Misterius
“Bocah Misterius”
Bocah itu
menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir
keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja
diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh
menyebalkan.
Yah, bagaimana
tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil
tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara
tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran
es yang melekat diplastik es tersebut.
Pemandangan
tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan
puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika
banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu
saja menggoda orang yang melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak
biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari
dikampung itu lebih terik dari biasanya.
Luqman mendapat
laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani
melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan
nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut. Pernah ada yang
melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus
keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan
memberikan kilatan yang menyeramkan.
Label:
f,
Sastra
|
0
komentar
Subscribe to:
Posts (Atom)